Dokter Bicara Daun Sirsak

dr Paulus Wahyudi Halim Med Chir meresepkan daun sirsak kepada para pasien 19 jenis kanker sejak 9 tahun lalu. ‘Kondisi mereka membaik,’ kata dokter ahli bedah dan kanker alumnus Universitas Degli Studi Padova, Italia, itu.
Penyakit maut itu memberi isyarat dengan sederhana, sekujur tubuh sering sakit dan pegal. ‘Bila capai sedikit gampang masuk angin dan sakit perut,’ kata Rustiani. Namun, makin hari kondisi Rustiani kian parah. ‘Seluruh badan terasa sakit seperti ada binatang yang mengoyakngoyak,’ kata perempuan 42 tahun itu. Tak tahan lagi menanggung siksa itu, Rustiani memeriksakan diri ke dokter di sebuah rumahsakit di Bandung, Jawa Barat.
Ia menjalani rangkaian pemeriksaan seperti CT Scan (Computer Tomography), endoskopi, dan kolonoskopi. Berdasarkan hasil pemeriksaan itu, dokter mendiagnosis Rustiani menderita kanker usus. Di ususnya terdapat massa sepanjang 7 - 10 cm. Ia tak mampu membendung air mata. ‘Saya tak pernah membayangkan menderita kanker usus. Padahal, saya termasuk apik dalam hal makanan. Tidak pernah menggunakan penyedap rasa dalam masakan, tidak makan yang pedas-pedas, tidak sering mengonsumsi daging, dan tidak pernah minum alkohol,’ kata Rustiani.

Daun sirsak
Untuk mengatasi penyakit maut itu, dokter menyarankan Rustiani untuk menjalani operasi bedah. Selain itu, ia juga harus menjalani 6 kali kemoterapi karena sel kanker menyebar ke hati. Namun, ia batal menjalani kemoterapi karena keterbatasan dana. ‘Biaya sekali kemoterapi Rp11-juta. Saya harus menjalani 6 kali sehingga total biaya Rp66-juta hanya untuk obat saja, belum termasuk biaya rumahsakit dan dokter,’ kata Rustiani. Di tengah kegalauan itu, ia teringat surat elektronik tentang sirsak.
Setelah membaca detail dan berselancar, jadilah Rustiani mengonsumsi rebusan daun sirsak mulai 17 Agustus 2010. Ia merebus 10 daun sirsak dalam 3 gelas air hingga mendidih dan tersisa 1 gelas. Hasil rebusan itu ia minum dua kali pada pagi dan sore. Sepekan mengonsumsi, Rustiani mulai merasakan perubahan. ‘Ngilu di bagian bawah perut yang sering terasa jadi hilang. Selain itu, perut kembung pascaoperasi juga kembali normal dan menjadi enak makan,’ kata Rustiani.
Menurut ahli terapi kolon, dr Oetjoeng Handajanto, gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi daging berlebihan memang penyebab dominan kanker usus. Pilihan makanan secara langsung mempengaruhi perkembangan kanker usus besar. ‘Usus besar selalu dilewati oleh bahanbahan karsinogenik yang masuk ke tubuh,’ kata dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitat Bochum, Jerman, itu. Sel-sel usus besar yang terpapar zat-zat kimia dari makanan, polusi, dan racun-racun dari sampah makanan akan memicu munculnya sel abnormal atau polip.
Menurut dr Aru W Sudoyo SpPD dari Divisi Hematologi dan Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) penyebab kanker kolon beragam. ‘Namun, makanan merupakan faktor paling penting dalam proses terjadinya kanker kolon. Makanan tinggi lemak, terutama hewani, merupakan faktor risiko kanker usus,’ kata dr Aru. Penelitian terbaru menunjukkan perokok jangka panjang atau 30 - 40 tahun, berisiko 1,5 - 3 kali lebih besar terkena kanker kolon. Diperkirakan satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat karena merokok.
Di Indonesia jumlah kasus kanker kolon pada usia muda lebih banyak daripada di negara maju. ‘Di negara maju kasus kanker kolon pada usia muda hanya 3%, sedangkan di Indonesia mencapai 30%,’ kata dokter spesialis penyakit dalam itu. Lebih dari 30% pasien kanker kolon di tanahair berusia di bawah 40 tahun. Penyebab besarnya angka itu belum diketahui. Namun, diduga kuat akibat infeksi seperti diare, serta dipicu gaya hidup tidak sehat.

Resep dokter
Kasus yang menimpa Andi Emanto lain lagi. Bagi dia berkemih saat paling menyiksa. Urine menetes perlahan, interval panjang, dan rasa nyeri. Celakanya, setiap malam ia terbangun 4 - 5 kali untuk berkemih. Semula ia menduga anyang-anyangan, tetapi 2 bulan kemudian gangguan itu tak kunjung berakhir. Andi Emanto tak tahan lagi menanggung siksa itu. Ia bergegas memeriksakan diri di sebuah rumahsakit di Surabaya, Jawa Timur.
Andi menjalani ultrasonografi, biopsi atau pengambilan sampel jaringan, dan tes darah. Dokter mendiagnosis Andi Emanto positif mengidap kanker prostat. Nilai PSA (prostate specific antigen atau indikator kanker prostat) Andi mencapai 40; angka PSA normal, 10. Dokter mengatakan kanker prostat itu termasuk grade II.
Untuk mengatasi sumbatan itu, dokter hanya mengerok jaringan prostat. Harap mafhum, Andi Emanto mengalami hiperplasia alias pembengkakan prostat. Ketika organ itu membengkak atau hiperplasia, menekan uretra sehingga urine sulit keluar dan menumpuk di kantong kemih. Menurut ahli urologi, dr Ahmad Bi Utomo SpU di Surakarta, Jawa Tengah, pengerokan adalah mengambil sebagian prostat untuk melancarkan jalan urine. Usai pengerokan pria 74 tahun itu memang lancar berkemih.
Namun, beberapa bulan kemudian, gangguan seperti di atas muncul lagi. Pada Oktober 2010, Andi menemui dr Zainal Gani di Malang, Jawa Timur. Ketika itulah Zainal Gani meresepkan daun sirsak. Konsultan pengembangan burung walet itu mengonsumsi hasil rebusan 7 daun sirsak dalam 3 gelas air. Setelah mendidih dan tersisa satu gelas, ia meminumnya 3 kali sehari. Karena menganggap repot, ia minta kapsul ektrak daun sirsak kepada dr Zainal Gani. Maka sebulan berselang, ia rutin mengonsumsi 3 kapsul 3 kali sehari.
Bersamaan dengan itu ia juga menjalani hidup sehat seperti meninggalkan konsumsi daging sapi, kambing, dan ayam. Sejak dua bulan rutin mengonsumsi daun sirsak, ia lancar berkemih dan tanpa rasa nyeri. Sayang, ia belum memeriksakan diri ke dokter.

Tertarik acetogenins
Saat ini memang kian banyak dokter yang meresepkan atau sekadar menganjurkan daun sirsak kepada para pasien beragam kanker. Zainal Gani yang menangani Andi Emanto, salah satu di antaranya. Dokter alumnus Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, itu meresepkan daun sirsak sejak Agustus 2010 setelah memperoleh informasi hasil riset di mancanegara. Informasi itu berupa senyawa aktif acetogenins dalam daun sirsak yang sangat manjur dan selektif mengatasi target sasaran.
Acetogenins hanya menyerang sel kanker dengan menghambat produksi adenosina trifosfat (ATP) sebagai sumber energi. Dampaknya mitosis atau pembelahan sel kanker, pun terhambat. Sel kanker membelah sangat cepat, yakni setiap 2 - 5 jam; sel normal, 7 - 14 hari. Pembelahan cepat keruan saja memerlukan energi besar dari ATP. Jika pasokan energi berkurang akibat ATP terhambat, maka aktivitas sel kanker melamban, dan terjadi apoptosis alias program bunuh diri sel. Tamat sudah riwayat sel kanker.
Zainal Gani mengutip hasil riset peneliti di Sekolah Farmasi Purdue University, Indiana, Amerika Serikat, Jerry L McLaughlin yang bekerja sama dengan peneliti dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD (baca Daun Sirsak vs Kemoterapi Trubus Januari 2011). Itulah sebabnya ketika Andi berkonsultasi mengenai kanker prostat yang ia idap, dr Zainal Gani meresepkan daun sirsak.
Untuk memudahkan pasien, dokter kelahiran Banyuwangi 10 November 1946 itu mengekstrasi daun sirsak. Kebetulan di halaman belakang rumahnya yang jembar, ia menanam sirsak. Umur 10 tahun, pohon sirsak itu tumbuh setinggi atap. Dari pohon itulah Gani membikin rata-rata 500 kapsul per bulan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Dokter yang meresepkan herbal sejak krisis moneter pada 1998 itu biasanya mengombinasikan daun sirsak dengan herbal lain.

Kanker vs mukjizat?
Walau memberikan simplisia daun sirsak kepada para pasien, tetapi dr Setiawan Dalimartha lebih senang disebut menganjurkan daripada meresepkan. ‘Kalau meresepkan itu hanya untuk obat keras yang dibeli di apotek,’ kata dokter yang menjadi Sekretaris Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) Provinsi Jakarta itu. Setiawan ‘meresepkan’ daun sirsak hanya kepada pasien kanker dari berbagai kota seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya.
‘Pasien umumnya datang pada stadium lanjut. Bahkan, setelah dokter menyatakan sebaiknya dirawat di rumah saja (kondisi pasien sangat parah, red),’ kata dokter alumnus Universitas Tarumanagara itu. Sedangkan yang datang pada stadium dini pada umumnya pasien kanker payudara dan kanker paru. Salah seorang pasien, sebut saja Rengganis, datang dengan kondisi mengenaskan. Ia mengidap kanker nasofaring atau bagian hulu kerongkongan yang berhubungan dengan hidung.
Celakanya sel kanker menyebar ke otak dan merusak os maxillaris sinistra alias tulang pipi kiri sebagaimana hasil pencitraan resonansi magnetik (MRI magnetic resonance imaging) dan foto tengkorak. Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur itu memberikan beberapa herbal, termasuk daun sirsak. Rengganis merebus 20 daun sirsak dalam 3 gelas air hingga mendididh dan tersisa 1 gelas. Ia mengonsumsi segelas rebusan daun sirsak setiap pagi.
‘Ternyata responnya positif. Ada perbaikan kondisi tubuh, tumor tidak teraba lagi setelah mengonsumsi ramuan dan rebusan daun sirsak selama sebulan,’ kata Setiawan. Menurut Setiawan, ‘Ini salah satu kasus yang mengejutkan, karena kasus itu adalah kanker stadium lanjut yang umumnya sudah tidak respons dengan pengobatan. Untuk kasus-kasus seperti itu, dalam benak saya hanya ada satu jawaban, dia mendapat mukjizat dari Tuhan.’
Dokter kelahiran 25 Agustus 1950 itu mengatakan senyawa dalam daun sirsak menyebabkan matinya sel kanker atau apoptosis. Senyawa alkaloid itu juga menghentikan atau memutus aliran darah ke sel kanker. Dampaknya sel kanker tidak mendapat pasokan makanan sehingga akhirnya pertumbuhan terhenti.

19 kanker
Dokter lain yang meresepkan daun Annona muricata kepada para pasien adalah dr Paulus Wahyudi Halim Med Chir di Serpong, Kotamadya Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Degli Studi Padova, Italia, itu daya tembus senyawa aktif dalam daun sirsak ke sel kanker sangat kuat. Selain itu daun sirsak juga mampu melokalisir sel kanker. Ia meresepkan ekstraksi daun sirsak dalam kapsul kepada para pasien kanker sejak 2002.
Total ada 19 jenis penyakit kanker yang pasiennya ia resepkan daun sirsak seperti kanker payudara, kanker usus, dan paru-paru. Harap mafhum, ‘Semua bagian tubuh manusia berpotensi terserang kanker, kecuali rambut dan kuku,’ kata ahli kanker yang mendalami pengobatan tradisonal, dr Willie Japaries MARS. Pasien dr Paulus, dokter ahli bedah dan ahli lepra, 80% memang pasien kanker yang datang dari berbagai kota.
Mantan direktur Rumahsakit Sitanala, Kabupaten Tangerang, Banten, itu senantiasa meresepkan daun sirsak secara majemuk. ‘Tak ada peluru ajaib untuk menembak kanker. Tanaman obat harus campuran sehingga sinergis dan hasil maksimal. Sinergisme juga menetralisir efek samping,’ kata Paulus. Menurut Paulus herbal pendamping itu sangat individual sehingga tak dapat digeneralisir.
Dokter yang 8 tahun bertugas di Uganda dan Etiopia itu mencontohkan jika ginjal pasien kanker bermasalah, maka ia menambahkan kejibeling Strobilanthes crispus atau kumis kucing Orthosiphon aristatus. Paulus mengatakan peran daun sirsak dan herbal lain itu hanya 40%. Selebihnya andil banyak faktor seperti sikap, gaya hidup, dan kondisi kejiwaan. ‘Penyerapan obat di usus lebih baik, jika (pasien) tak stres,’ kata Paulus.
Lihatlah kondisi Diana Darmawan yang mengidap kanker payudara ganas stadium 2C. Bobot tubuh perempuan 45 tahun itu anjlok, perut terasa panas, muntah terus-menerus, rambut, alis, dan bulu mata rontok tidak bersisa. Kulit yang semula putih bersih berubah warna menjadi ungu keabu-abuan. Itu akibat kemoterapi di Pusat Kanker Nasional Singapura. Sepekan kemudian ia menemui dr Paulus. Meski kondisi memburuk, tetapi Diana optimis setelah memperoleh dukungan dari keluarga. Itu membantu mempercepat pemulihan.
Untuk memulihkan kondisi tubuh, ibu 3 anak itu mengonsumsi kombinasi herbal, daun sirsak, sambiloto, dan temulawak resep dari dr Paulus. Frekuensi konsumsi 3 kali sehari masing-masing sebuah kapsul. Tiga bulan kemudian, kondisi kian membaik dengan indikasi hilangnya keluhankeluhan itu. Kulit Diana juga kembali bersih. Akhir Januari 2011, ia kembali memeriksakan diri di Pusat Kanker Nasional Singapura. Hasilnya, sel kanker tak terdeteksi di tubuh Diana. Menurut dr Paulus, pascakemoterapi 20% sel kanker masih tersisa.

Lebih luas
Dokter kepresidenan, dr Hardhi Pranata SpS MARS, turut menganjurkan daun sirsak, terutama kepada pasien kanker usus besar, kanker paruparu, kankier prostat, dan kanker payudara. Selain itu Ketua Umum Himpunan Dokter Herbal Medik Indonesia itu juga menganjurkan pemanfaatan daun sirsak kepada pasien penyakit saraf. Menurut Hardhi, daun sirsak bersifat menenangkan. Seorang pasiennya mengidap kanker payudara studium 2, kondisinya terus membaik setelah rutin mengonsumsi rebusan daun sirsak.
‘Acetogenins dalam daun sirsak mengendalikan mitokondria yang overacting. Bila mitokondria normal, maka pertumbuhan sel kanker dapat terkendali,’ kata alumnus Universitas Indonesia itu. Hardhi menganjurkan pasien itu untuk menjalani kemoterapi. Kondisinya baik, rambut tak rontok. Bahkan nafsu makan meningkat sehingga bobot tubuh bertambah. ‘Di sanalah tanaman herbal bekerja menjaga dan memulihkan tubuh,’ kata Hardhi.
Dokter dan herbalis di Ciputat, Kotamadya Tangerang Selatan, Kotamadya Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dr Erna Cipta Fahmi, juga meresepkan sirsak untuk para pasien, tetapi lebih banyak buah daripada daun. Selain kepada pasien kista, dokter alumnus Universitas Gadjah Mada itu juga meresepkan buah sirsak untuk mengatasi penyakit yang berhubungan dengan ginjal seperti asam urat dan hipertensi.
Dr Prapti Utami juga menganjurkan daun sirsak untuk mengatasi kanker. Kepada para pasien, pemilik Klinik Evergreen itu hanya menjelaskan cara mengolah, dosis dan frekuensi konsumsi daun sirsak. Pasienlah yang mesti mencari daun sirsak segar karena relatif mudah. Sayang, Prapti belum memantau kondisi para pasien pascakonsumsi daun sirsak.
Dokter dan herbalis di Yogyakarta, dr Sidi Aritjahja belum meresepkan daun sirsak kepada para pasien. Sebab, pasokan bahan baku masih terbatas. Meski demikian ia tertarik meresepkan karena daun sirsak memiliki kelebihan ketimbang herbal untuk kanker lainnya. Sidi membandingkan dengan kunir putih Curcuma zedoaria yang juga berkhasiat antikanker. Tanaman anggota famili Zingiberaceae itu mengandung protein yang hanya efektif untuk menghambat mitosis sel kanker dari kelenjar. Beberapa contoh kanker kelenjar adalah kanker prostat dan adenokarsinoma alias pankreas. Bagaimana dengan daun sirsak? Alumnus Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada itu mengatakan bahwa cakupan khasiat daun sirsak lebih luas daripada kunir putih.
Selain mujarab mengatasi sel kanker dari kelenjar, daun sirsak juga tokcer mengendalikan kanker yang berasal dari sel jaringan ikat. Contohnya antara lain fibroadenokarsinoma pada kanker payudara dan kanker rahim. (TRUBUS)
SEMULA BISUL
Obat bisul menjadi obat kanker? Menurut dr Willie Japaries MARS dalam pengobatan tradisional tiongkok, herbal untuk mengatasi bisul, berkhasiat pula sebagai obat kanker. Contoh daun dewa dan sambiloto yang berkhasiat mengatasi kanker, semula juga untuk mengobati bisul. Masyarakat juga memanfaatkan daun sirsak untuk mengobati bisul.***
BERI JEDA
Daun sirsak mengandung antioksidan tinggi. Antioksidan bersifat akumulatif di dalam tubuh sehingga dapat berubah menjadi prooksidan, pemicu kanker. Menurut dr Sidi Aritjahja sebaiknya konsumsi daun sirsak hanya selama gejala terasa. Jika membaik, hentikan konsumsi daun sirsak minimal 6 bulan. Setelah itu bisa konsumsi kembali untuk menghindari penumpukkan antioksidan.***
PERKUAT HATI
Tubuh penderita kanker pada umumnya lemah. Oleh karena itu perlu meningkatkan sistem kekebalan tubuh pasien. Menurut dr Erna Cipta Fahmi perlu menambahkan temu-temuan, selain daun sirsak. Sel darah merah pasien juga berkurang sehingga baik mengonsumsi bayam merah dan bit. Ginjal yang juga lemah, diperkuat dengan pegagan dan temulawak. ***

Semula diambil buahnya, kini juga daunnya
dr Willie Japarries MARS, pengobatan harus holistik. Herbal bukan hanya menyasar kanker, tapi juga meningkatkan kekebalan tubuh
dr Erna Cipta Fahmi, penggunaan herbal sebaiknya majemuk karena kerja masing-masing zat aktif berbeda Konsumsi ekstrak daun sirsak dalam kapsul lebih praktis
‘Tak ada peluru ajaib untuk menembak kanker. Tanaman obat harus campuran sehingga sinergis dan hasil maksimal. Sinergisme juga menetralisir efek samping,’ kata dr Paulus Wahyudi Halim.
Menurut dr Aru W Sudoyo SpPD gejala kanker usus besar adanya darah dalam kotoran, perubahan dalam buang air besar, nyeri perut bagian bawah yang tak kunjung hilang, bentuk kotoran yang panjang dan tipis seperti pensil , anemia, dan bobot tubuh turun
dr Prapti Utami, sebagai tanaman obat sirsak lebih populer sehingga masyarakat tak akan salah pilih
dr Aru W Sudoyo SpPD, pasien boleh konsumsi daun sirsak, tetapi sebagai herbal komplementer atau pendamping
Dalam pengobatan peran herbal hanya 40%. Selebihnya andil sikap, gaya hidup, dan kondisi kejiwaan. Pengobatan lebih berhasil jika pasien tidak stres
dr Setiawan Dalimartha banyak pasien kanker stadium lanjut yang diberi daun sirsak
dr Hadi Pranata SpS MARS anjurkan daun sirsak kepada pasien kanker dan penyakit saraf Konsumsi daging berlebihan salah satu penyebab kanker usus. Sel usus besar yang terpapar zat kimia dari makanan, polusi, dan racun dari sampah makanan memicu munculnya sel abnormal
dr Zainal Gani, resepkan ekstraksi daun sirsak

Jual KAPSUL DAUN SIRSAK

KAPSUL DAUN SIRSAK
(Annona Muricata L.)

Mengobati / Mencegah KANKER & TUMOR
(Kanker Payudara, Kanker Rahim, Kanker Serviks, Kista, dll)

Khasiat Daun Sirsak :
• Menyerang sel kanker secara aman dan efektif, tanpa rasa mual, berat badan turun, rambut rontok seperti yang terjadi pada Kemoterapy.
• Secara efektif memilih target dan membunuh sel jahat dari 12 tipe kanker yang berbeda seperti kanker usus besar, payudara, otak, prostate, paru-paru, pancreas, serviks dan leukemia atau kanker darah.
• Daya kerjanya 10.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan Adriamicin dan Kemoterapy yang biasa di gunakan

Kemasan: 1 botol isi 50 kapsul
Kandungan: 100% Daun Sirsak murni, bahan baku pilihan di proses secara higienis
Kondisi: Baru Bersegel

==== Harga Rp. 35.000 per botol ====
Melayani partai grosir dengan harga diskon
Harga belum termasuk ongkos kirim
Pengiriman melalui Tiki JNE
Cara pembayaran transfer Bank Mandiri

Pesanan hubungi 081330421724

Kanker Dan Daun Sirsak

Daun Sirsak vs Kemoterapi

Mengobati Kanker Serviks

‘Selamat ya, sudah hamil.’ Yanti Sumiati bertubi-tubi menerima ucapan itu dari rekan kerja, tetangga, dan saudara pada Mei 2010. Perutnya membesar. Banyak orang menerka ia hamil 5 bulan. Hati Yanti justru remuk‑redam. Sebab, bukan janin dalam kandungan, tetapi kanker serviks yang merenggut nyawa seorang perempuan setiap 4 menit.

Yanti Sumiati mengetahui kanker serviks itu ketika ia memeriksakan diri di sebuah klinik di Warungbuncit, Kotamadya Jakarta Selatan. Bagian bawah perut sakit, ‘Seperti ditusuk-tusuk, nyeri sekali,’ kata perempuan kelahiran Bogor, Jawa Barat, 20 Agustus 1978 itu. Rasa sakit menjalar ke kaki kiri. Kondisi itulah yang mendorong Yanti bergegas ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dr Slamet Zaeny SpOG, pada 6 Mei 2010.

Dokter yang memindai Yanti menggeleng-gelengkan kepala. ‘Lihat di monitor, kankernya sebesar kepala bayi,’ kata dr Slamet Zaeny SpOG seperti diulangi oleh Yanti. Kadar CA – indikator adanya sel kanker – 113,39 U/ml; normal, kurang dari 35 U/ml. Sambil berbaring, ia memandangi layar pemindai. Dokter menyarankan Yanti menjalani operasi. Namun, anak ke-3 dari 6 bersaudara itu memilih jalan lain. Sebab, sebelum pemeriksaan itu pada April 2008 ia menjalani operasi untuk mengatasi kista.

Namun, 2 tahun berselang ia terserang kanker serviks. Gejala munculnya kista sama persis dengan kanker serviks itu. Perempuan 32 tahun itu memilih pengobatan herbal. Ia mendatangi herbalis dan diberi 3 jenis herba dalam kapsul untuk sebulan. Sayang, Yanti yang membayar Rp9-juta tak mengetahui jenis tanaman obat yang ia konsumsi.

Batal operasi

Yanti disiplin mengonsumsi 3 kapsul herba itu 3 kali sehari. Namun, tanda-tanda kesembuhan tak kunjung muncul. Malahan perut kian membesar dan nafsu makan hilang. Warga Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasarminggu, Jakarta Selatan, itu juga mengalami insomnia dan merasa serbasalah: miring ke kiri sel kanker yang membesar ikut ke kiri, ke kanan, turut ke kanan. Keadaan itu menyebabkan Yanti memutuskan untuk menjalani operasi pada 10 Agustus 2010.

Sehari sebelumnya, ia menemui kedua orangtuanya di Ciampea, Kabupaten Bogor. Ketika itulah Yanti berjumpa dengan tetangganya, pendiri Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ervizal AM Zuhud MS. Zuhud mempunyai informasi tentang khasiat daun sirsak dari beberapa hasil penelitian di mancanegara. Guru besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor itu menyarankan agar Yanti mengonsumsi daun sirsak. Keesokan harinya, Yanti membatalkan operasi dan merebus 10 lembar daun sirsak segar dalam 3 gelas air hingga mendidih.

Setelah rebusan dingin, ia meminumnya. Frekuensi 3 kali sehari masing-masing segelas. Istri Fery Firmansyah itu juga menyantap daging buah sirsak sekali sehari. Ia memotong 4 bagian buah berukuran sedang, bobot 6 – 7 ons. Sepotong buah Annona muricata cukup untuk sehari. Pada 24 Agustus 2010, ia kaget bukan kepalang ketika mudah menarik risleting dan mengancingkan celana. Semula bukan hal gampang untuk mengenakan celana akibat perut yang kian membesar. Ia benar-benar baru sadar bahwa perut mengempis.

Pagi itu ia mencoba tidur, tetapi perutnya tanpa gelambir seperti sebelumnya. Ia miring ke kiri dan ke kanan beberapa kali, tetapi tak ada gumpalan dalam perut yang mengikuti gerakan seperti sebelumnya. ‘Saya menangis karena saking senangnya,’ kata perempuan yang menikah pada 2007 itu. Sembuh? Begitulah dugaan Yanti. Sebulan berselang ia menemui dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hasil pemindaian menunjukkan tak ada lagi berjalan di serviks.

Menurut dokter sekaligus herbalis di Jakarta Timur, dr Willie Japaries MARS, hilangnya sel kanker dari serviks Yanti dapat melalui berbagai jalan seperti luruh bersama urine atau feses. Namun, menurut Yanti selama 14 hari konsumsi daun dan buah sirsak hingga perut mengempis, tak ada perubahan warna atau bentuk feses dan urine. Japaries mengatakan cara lain detoksifikasi adalah melalui keringat.

‘Pikiran saya lepas. Saya senang banget,’ katanya dengan wajah berbinar. Setelah perutnya mengempis, Yanti lahap setiap kali makan sehingga tubuh kian segar. Insomnia juga sirna sehingga kini ia bisa tidur nyenyak. Meski begitu hingga kini ia tetap mengonsumsi segelas rebusan daun sirsak sekali sehari.

10.000 kali

Perubahan kondisi perut yang semula seperti perempuan hamil lalu mengempis hanya dalam 2 pekan itu sangat cepat. Semula Zuhud memprediksi, perubahan itu baru tercapai setelah 3 bulan Yanti rutin mengonsumsi daun kerabat srikaya itu. Prediksi 90 hari itu berdasarkan informasi yang ia peroleh di internet.

Yanti Sumiati bukan satu-satunya yang merasakan khasiat daun anggota famili Annonaceae. Contoh lain, Sri Haryanto di Yogyakarta yang mengidap kanker prostat dan Yulisnawati (kanker payudara di Palembang, Sumatera Selatan).

Dokter juga menyarankan operasi pada Yulisnawati. Namun, ia lebih memilih mengonsumsi rebusan segelas daun sirsak 3 kali sehari. Dua bulan berselang, kondisi kesehatannya kian membaik. Yulisnawati belum mengecek ulang kondisi kanker. Pada kasus Haryanto, dokter tak menyarankan operasi karena usia pasien lanjut, 70 tahun. Haryanto yang juga herbalis itu mengonsumsi jus buah sirsak (baca: Sirsak Stop Kanker Prostat, halaman 18)

Selain ke-3 jenis kanker – serviks, payudara, dan prostat, daun sirsak juga terbukti secara ilmiah mengatasi antara lain kanker paru-paru, ginjal, pankreas, dan usus besar. Begitulah hasil riset peneliti di Sekolah Farmasi Purdue University, Indiana, Amerika Serikat, Jerry L McLaughlin. Peneliti yang memperoleh daun sirsak dari Garut, Jawa Barat, itu membuktikan bahwa daun Annona muricata manjur mengatasi 7 sel kanker. Daun sirsak yang selama ini terabaikan itu ternyata mujarab mengganyang sel kanker.

Ada apa di balik itu? Peneliti di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD yang meriset daun sirsak bersama Jerry L McLaughlin menemukan senyawa aktif acetogenins. Mereka melakukan uji praklinis dengan memanfaatkan beragam sel kanker seperti sel kanker paru-paru dan pankreas. ‘Tujuan penelitian, mengembangkan ilmu pengobatan untuk mengatasi kanker,’ kata doktor Biologi alumnus Champaign Urbane University, Amerika Serikat, itu.

Acetogenins menghambat ATP kanker

‘Acetogenins menghambat ATP (adenosina trifosfat, red). ATP sumber energi di dalam tubuh. Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan banyak ATP,’ kata Sastrodihardjo. Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan ATP. Senyawa itu tak menyerang sel-sel lain yang normal di dalam tubuh. ‘Acetogenins mengganggu peredaran sel kanker dengan cara mengurangi jumlah ATP. Hal ini yang membuat senyawa dalam daun sirsak dianggap selektif dan hanya memilih sel kanker untuk diserang,’ kata Sastrodihardjo.

Bukan hanya selektif, acetogenins juga dahsyat! The Journal of Natural Product membeberkan riset Rieser MJ, Fang XP, dan McLaughlin, peneliti di AgrEvo Research Center, Carolina Utara, Amerika Serikat, bahwa daun sirsak membunuh sel-sel kanker usus besar hingga 10.000 kali lebih kuat dibanding adriamycin dan kemoterapi.

Adriamycin yang mempunyai nama generik doxorubicin merupakan obat untuk mengatasi berbagai jenis kanker seperti leukemia, kanker prostat, kanker paru-paru, dan kanker pankreas. Sedangkan kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memasukkan zat atau obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.

Menurut peneliti di Cancer Chemoprevention Research Center Universitas Gadjah Mada (CCRC–UGM), Nur Qumara Fitriyah, riset McLaughlin menunjukkan dengan dosis kecil saja, daun sirsak efektif memberangus sel kanker. Berdasarkan riset McLaughlin ED50 ekstrak kasar daun sirsak < 20 µg/ml, sedangkan ED50 senyawa murni cuma < 4 µg/ml. Artinya dengan dosis rebusan 10 – 15 daun sirsak masih aman dikonsumsi.

Tren sirsak

Menurut Ervizal AM Zuhud penelitian sirsak sempat ditutupi-tutupi selama 10 tahun karena ‘mengancam’ kelangsungan hidup kemoterapi dan industri kimia. Apalagi harga sirsak murah. Hasil penelitian itu, ‘Baru tersebar setelah keluarga dari seorang peneliti mengidap kanker dan mempublikasikan di dunia maya,’ kata kepala Bagian Konservasi dan Keanekaragaman Tanaman, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, itu.

Berbagai lembaga riset di tanahair juga mulai menguak rahasia daun sirsak dan kerabatnya. Sekadar menyebut contoh, periset di Pusat Studi Biofarmaka IPB, Prof Dr Latifah K Darusman, hingga kini meriset komponen kimia yang dominan di daun sirsak. Sedangkan peneliti di Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Sismindari, meriset khasiat biji dan daun srikaya yang kaya ribosome inactivating protein (RIP). ‘RIP mampu merusak sintesis protein pada sel yang sedang tumbuh sehingga mati,’ kata Sismindari.

Konsumsi daun sirsak bukan hanya untuk para pasien, tetapi juga baik bagi orang sehat. Menurut Ervizal AM Zuhud, kasiat daun sirsak bagi orang sehat, ‘Menambah kekebalan tubuh dan mencegah asam urat. Bagi pria, daun sirsak menambah jumlah dan memperkuat sperma.’ Di Indonesia kini para dokter dan herbalis meresepkan daun sirsak kepada para pasien. Ada yang meresepkan secara tunggal – hanya daun sirsak, tetapi ada pula yang meracik kombinasi daun sirsak dengan herbal lain seperti rimpang temuputih dan sambiloto. Mereka meresepkan daun sirsak antara lain untuk mengatasi beragam kanker.

Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana meresepkan daun atau buah sirsak terutama sebagai pengganti kemoterapi pada pasien kanker. ‘Khasiat daun atau buah sirsak itu untuk mengeliminasi radikal bebas, mengeringkan sel kanker, menyembuhkan peradangan di dalam tubuh, dan terutama meningkatkan stamina pasien agar tubuh tidak lemah,’ kata Lina Mardiana. Para dokter dan herbalis seperti Valentina Indrajati di Bogor, Jawa Barat, memilih daun yang sedang – tak terlalu tua dan tak terlampau muda. Dari pucuk, kira-kira daun di baris ke-4 hingga ke-6.

Dari pucuk, kira-kira daun di baris ke-4 hingga ke-6.

Para herbalis meresepkan daun sirsak bukan melulu untuk mengatasi sel kanker. Herbalis di Gegerkalong, Kotamadya Bandung, Jawa Barat, H Sarah Kriswanty, misalnya, meresepkan daun sirsak untuk mengatasi bronkhitis dan kejang. Sedangkan Lina Mardiana meresepkan daun sirsak untuk pasien yang menderita peradangan, misalnya radang tenggorokan, usus, pencernaan, ambeien (baca: Sentosa Karena Graviola halaman 24).

Menurut dr Willie Japaries MARS yang juga meresepkan daun sirsak, daun Annona muricata bersifat netral sehingga sesuai untuk mengatasi beragam jenis kanker. Herbalis lain yang juga meresepkan daun sirsak antara lain dr Prapti Utami di Jakarta Selatan dan Maria Andjarwati (Kelapagading, Jakarta Utara. Para herbalis dan dokter itu sebagian besar meresepkan daun sirsak baru pada 2 – 4 tahun silam. Pada umumnya mereka tak meracik, tetapi pasien yang menyiapkan sendiri sejak pencarian daun hingga merebus.

Harap mafhum hingga saat ini di pasaran belum tersedia ekstraksi daun sirsak dalam kapsul seperti kapsul bermerek Graviola yang beredar di mancanegara. Oleh karena itu, mereka mempersiapkan sendiri. Pasien yang belum memiliki pohon biasanya membeli bibit sirsak. Dampaknya permintaan bibit juga meningkat. Produsen bibit buah-buahan di Pontianak, Kalimantan Barat, Simbul Haryadi mengatakan permintaan bibit sirsak pada September 2010 mencapai 400 bibit. Padahal, biasanya hanya 10 bibit per bulan. ‘Stok bibit di kebun sampai habis, sekarang saya sedang memperbanyak lagi,’ kata Haryadi.

Begitu juga permintaan di nurseri Tebuwulung milik Eddy Soesanto di Cijantung, Jakarta Timur, yang mencapai 600 – 700 bibit per bulan. Lonjakan permintaan signifikan itu terjadi dalam 4 bulan terakhir. Produsen bibit buah di Bogor, Jawa Barat, Syahril sama juga. Permintaan bibit durian belanda itu fantastis, sejak Agustus 2010 mencapai 3.000 – 5.000 tanaman per bulan; sebelumnya, 500 bibit per bulan. Harga bibit setinggi 40 – 50 cm di berbagai penangkar Rp20.000 – Rp30.000. Menurut para penangkar tingginya permintaan bibit sirsak berkaitan dengan pemanfaatan daun atau buah sebagai obat tradisional. Benar kata Yeni Sumarni yang juga mengonsumsi daun sirsak, ‘Obat kanker itu ternyata murah meriah, kita tak perlu mengeluarkan uang jutaan rupiah.’ (Sardi Duryatmo/Peliput: Endah Kurnia Wirawati, Lastioro Anmi Tambunan, & Tri Susanti)

Sumber : Trubus Online